Muktamar XVI Ikatan Remaja Muhammadiyah baru saja dilaksanakan pada tanggal 23-28 Oktober 2008 di Asrama haji Donohudan, Boyolali Jawa Tengah. Sejumlah keputusan penting diputuskan dalam forum tersebut. Perubahan nomenklatur dari IRM ke IPM sebagaimana awal organisasi ini berdiri, tim formatur dan yang sangat penting adalah kerangka dasar IPM.
Bolehlah ada yang kecewa dan gembira. Kecewa mungkin karena faktor kekalahan atau komitmen-komitmennya di khianati. Atau gembira karena menang. Mungkin juga karena tidak puas dengan pelayanan yang disuguhkan oleh panitia pelaksana. Mungkin ini bagian dari citra diri kita. Saya sebenarnya selalu membayangkan bahwa dalam forum-forum muktamar yang diperdebatkan adalah soal yang substansial, misalnya aspek materi. Tapi nampaknya itu tidak terlalu penting. Bagi muktamirin, suksesi jauh lebih seksi dibandingkan materi. Boleh jadi ini kegagalan gerakan Iqra' kita, entahlah!
Tapi sudahlah, kita tinggalkan itu semua. Mari kita memikirkan sesuatu yang lebih penting, yaitu Ikatan. Sekarang bagaimana formatur menyusun tim yang kuat. Tim inilah yang akan bekerja mengawal cita-cita, imajinasi dan agenda nasional Ikatan. Saya juga tidak menemui itu dalam materi Muktamar.
Boleh jadi karena kita terjebak pada sesuatu yang sebenarnya sudah cukup, tidak mendesak tapi dianggap prioritas. Misalnya debat soal landasan hukum, dll. Sementara IPM adalah ortom yang merupakan sub organ dari persyarikatan Muhammadiyah. Dimana landasan-landasannya sudah lebih dari cukup.
Bagiku IPM pasca Muktamar 2008 harus merumuskan sebuah cita-cita antara yang harus dicapai sedikit-demi sedikit dari cita-cita panjang IPM yaitu terbentuknya pelajar Muslim yang berilmu, berahlaq mulia dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam sehingga terwujud masyarakat utama. Cita-cita antara itu lalu diformulasikan dalam bentuk road map sebagai tahapan pencapaiannya dengan indikator-indikator berdasarkan asumsi-asumsi yang dirumuskan.
Menurut saya, agenda yang harus dilakukan IPM pasca Muktamar; pertama, penguatan organisasi, rebranding dan improving IPM. Pasca perubahan nomenklatur IRM ke IPM tentunya membutuhkan proses dalam memberikan penguatan pada level struktur ikatan. Disamping penguatan, juga tidak kalah pentingnya adalah bagaimana melakukan rebranding IPM. Pendekatan-pendekatan pemasaran yang banyak digunakan di lembaga bisnis juga harus diadopsi oleh IPM. Saat ini pendekatan pemasaran sudah banyak dipakai di lembaga nirlaba. Sehingga cara-cara seperti itu harus diadopsi oleh IPM dalam kerangka strategi dakwahnya. Bukan untuk pamer atau riya. Lebih kepada aspek strategis berupa syiar dan citra ikatan dipublik.
Kedua, fokus pada pendampingan sekolah Muhammadiyah. Sebagai konsekuensi dari basis pelajar, maka IPM harus lebih fokus pada pendampingan sekolah-sekolah Muhammadiyah. IPM tidak boleh cengeng dan selalu minta sesuatu kepada sekolah. Tapi IPM harus berfikir bagaimana memberi value added bagi sekolah Muhammadiyah. Saya memimpikan lahir ilmuwan-ilmuwan dari sekolah Muhammadiyah lewat dampingan KIR IPM. Lahir jurnalis muhammadiyah dari proses pendampingan jurnalistik. Budayawan atau seniman-seniman lewat bengkel-bengkel seni pelajar Muhammadiyah.
Ketiga, IPM harus menguasai sekolah-sekolah Negeri. Aspek ini harus dimasukkan dalam agenda penting IPM periode ini. Tidak bisa disangkal lahirnya pemimpin-pemimpin saat ini adalah mereka yang bersekolah di sekolah-sekolah negeri/favorit. Dengan program-program alternatif, saya yakin IPM bisa masuk dan bersaing dengan organ-organ pelajar yang ada.
Terakhir IPM sudah harus membuat master plan 10 tahunan sebagai kerangka dan pandu setiap stakeholder dalam mencapai cita-cita IPM. Sukses dan selamat berkhidmat kepada IPMawan dan IPMawati.
Masmulyadi
Ketua PP IRM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar